Jakarta, dotNews.id – Betapa marahnya para anggota Banser di kasus penganiayaan David Ozora oleh Mario Dandy Satrio. Hal ini ditegaskan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut.
Menurut Gus Yaqut, semua pimpinan wilayah Banser di Indonesia langsung mengontak dirinya dan menyatakan siap mengambil sikap tegas atas peristiwa David.
Gus Yaqut lalu kemudian buru-buru mengambil sikap tegas agar tidak terjadi gejolak besar dengan memberi statemen singkat di hadapan publik.
Adapun Gus Yaqut dalam statemennya menyebut kalau David adalah anak kader dan anaknya.
“Kenapa saya kasih statemen pendek bahwa anak kader itu anakku. Saya merasakan kemarahan 7 juta anggota Banser. Saya membayangkan kalau dibiarkan marah semua. Maka saya ambil alih emosi mereka dengan membuat pernyataan itu,” kata Gus Yaqut di saluran Youtube Akbar Faizal disitat yang dilansir Poskota.co.id, Rabu (22/3/2023).
“Itu artinya kader-kader yang akan bertindak, semua harus izin ke aku dulu, karena ini anakku,” sambung Gus Yaqut bermaksud meredam kemarahan jutaan anggota Banser.
Sebenarnya, Gus Yaqut mengaku sempat kecolongan saat ada anggota Banser di Malang, Jawa Timur, yang ternyata sudah merencanakan aksi bergerak ke kantor pajak.
Namun buru-buru Gus Yaqut langsung menelepon ketua Banser wilayah Malang untuk segera balik kanan.
“Saya telepon minta balik kanan. Karena anak-anak sudah turun di kantor pajak Malang. Saya bilang enggak boleh. Dan ini efektif untuk meredam emosi,” tutur dia.
“Iya mereka sudah bergerak sampai ke kantor pajak, dan itu hampir semua daerah WA-WA ke saya, mereka mau turun dan mau buat perhitungan. Lho ngapain, enggak ada urusan dengan kantor pajak dan itu,” katanya.
Terkait aksi Mario Dandy ke David, Gus Yaqut mengaku sudah menonton utuh video kekerasan tersebut. Dia menegaskan bahwa itu bisa dikatakan sebagai tragedi kemanusiaan.
Di saat banyak teman-temannya tak mau melihat video aksi keji Mario Dandy menghajar David, Gus Yaqut memilih memberanikan diri menonton rekaman itu hingga selesai.
“Saya melihat videonya dari awal sampai akhir. Di mana banyak kawan saya yang enggak kuat nontonnya bahkan, tapi saya kuat-kuatkan. Saya lihat dari awal, kemudian saya merinding, marah.”
“Di hari-hari awal saya enggak berani nonton. Akhirnya saya beranikan diri untuk nonton sampai selesai. Akhirnya saya tahu, kalau nantinya ada konstruksi hukum yang keliru atas kasus ini, saya bisa protes. Maka saya paksa untuk nonton video ini,” tutup Gus Yaqut(**)