JAKARTA,dotNews.id – Dalam beberapa bulan terakhir Korea Utara (Korut), mengalami krisis ekonomi. Akibatnya harga barang yang melonjak sampai tentara yang membangkang membuat hidup masyarakat negara itu semakin sulit.
Krisis ini dipicu oleh salah satu penutupan jalur perdagangan antara China dan Korut sejak pandemi melanda. Dimana China merupakan satu-satunya mitra Korut di dunia internasional.
Sanksi internasional yang dijatuhkan pada Pyongyang karena aktivitas rudal dan nuklir membuat negara itu bergantung pada Beijing.
Akibatnya, krisis ekonomi yang menimpa Korut, membuat pembangkangan dalam tubuh militer meningkat.
“Dalam tiga bulan terakhir di 2021, ada sepuluh tentara yang melawan atasan mereka,” tutur seorang pejabat militer di Hamgyong Utara kepada Radio Free Asia di kutip CNN Indonesia.
Sumber militer ini menilai, maraknya pembangkangan dalam lembaganya merupakan imbas dari ekonomi Korut yang semakin buruk.
Di sisi lain, ada sumber lain yang menilai ekonomi buruk ini menyebabkan kasus perpeloncoan antar tentara semakin sering terjadi. Hal ini juga sangat berhubungan dengan kondisi kehidupan yang buruk bagi tentara mengingat pemberian pemerintah kepada mereka semakin berkurang.
Krisis yang menimpa Korut juga membuat harga minyak goreng melonjak hingga mencapai KPW45.000 atau setara Rp718 ribu per liter.
Harga minyak goreng yang sebelumnya kurang dari KPW10.000 (Rp159 ribu) per liter, melonjak jadi sekitar KPW45.000 (Rp718 ribu) per liter.(*)