Jakarta, dotNews.id – Progres pembangunan smelter tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara dan PT Freeport Indonesia, mendapat pengecekan langsung Presiden Jokowi.
Presiden berharap pembangunan dua smelter ini rampung pada Mei 2024. Menurutnya, jika dua smelter ini rampung, maka Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentah.
“Kalau dua perusahaan ini selesai smelternya, artinya kita tidak ekspor lagi bahan mentah tembaga,” ujarnya di acara groundbreaking pabrik foil tembaga di Gresik, Jawa Timur seperti disiarkan di kanal Sekretariat Presiden, Selasa (20-6-2023).
Sementara menanggapi itu, Pakar ekonomi Dr. Arim Nasim menilai, pembangunan smelter hanyalah kamuflase agar tambang terus dikelola asing.
“Sebenarnya ini bentuk kamuflase agar tambang itu terus dikelola oleh swasta asing, agar tidak terlalu kentara seolah-olah kalau tanpa smelter yang menikmati itu langsung asing. Bahan mentah langsung diekspor, sementara setelah ada smelter bisa diolah dulu di dalam negeri kemudian baru hasilnya di ekspor,” tuturnya di Kabar Petang, “Blak-Blakan Bahaya di Balik Proyek Smelter” melalui kanal Khilafah News, Ahad (25/6/2023).
Menurutnya, akar masalah utama pengelolaan sumber daya alam itu bukan pada bahan baku ini diekspor langsung atau diolah dulu di dalam negeri.
“Akar masalah utamanya adalah siapa yang memiliki, menguasai, dan menikmati sumber daya alam itu,” jelasnya.
Nasim tidak menampik adanya sedikit keuntungan dengan dibangunnya smelter ini, tetapi kalau berbicara manfaat dan siapa yang menikmati, tidak ada perubahan signifikan.
“Selama barang tambang, baik nikel, emas, maupun batu bara itu dikuasai oleh swasta, baik lokal maupun asing maka yang akan banyak menikmati hasilnya itu bukan rakyat, bukan negara, tapi para kapitalis. Itu masalahnya!” bebernya.
Nasim menilai, hilirisasi yang antara lain melalui pembangunan smelter justru berdampak buruk terhadap penerimaan negara karena negara memberikan royalti 0% kepada perusahaan yang membangun smelter, serta diberikan izin perpanjangan kontrak.(**)